Selasa, 24 Agustus 2010

RISALAH RAMADHAN

Oleh : Nadirah Magrabi, S.Pd

KHUTBAH RASULULLAH
MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Wahai manusia! Sesungguhnya kalian telah dinaungi oleh bulan Maha Agung yang penuh barokah, bulan dimana di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa di bulan tersebut sebagai wajib, sedangkan shalat di malamnya sebagai sunah. Barang siapa mendekatkan diri kepada Allah pada bulan itu dengan ibadah sunat, sama seperti orang yang menunaikan ibadah fardhu pada bulan lainnya. Barang siapa menunaikan ibadah fardhu pada bulan itu, sama dengan menunaikan ibadah fardhu 70 kali di bulan lainnya.
Bulan ramadhan adalah bulan shabar, pahala sabar adalah surga. Bulan ramadhan adalah bulan solidaritas (tolong menolong), dan bulan dimana rizki orang mukmin bertambah. Barang siapa memberi buka puasa pada bulan itu kepada yang berpuasa, maka baginya maghfirah (ampunan) bagi dosa-dosanya dan bebas dirinya dari api neraka. Ia mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu tanpa sedikitpun mengurangi pahala orang yang berpuasa. Para sahabat bertanya: “Tidak mungkin kami semua dapat memberi makanan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa.” Rasulullah menjawab” “Allah SWT akan memberi pahala (seperti) itu kepada siapa saja yang memberi makanan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa (meskipun) dengan sebutir kurma atau seteguk air.”
Bulan ramadhan adalah bulan yang awalnya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Dan barang siapa meringankan (beban) pembantu atau pegawainya (di bulan) tersebut maka Allah akan mengampuni dosanya dan allah bebaskan dia dari api neraka.
Dan perbanyaklah pada bulan ramadhan ini empat perkara, (yakni) dua perkara untuk menyenangkan Tuhanmu, ialah membaca syahadat (asyhadu anlaa ilaaha illallah) dan membaca istighfar (astaghfirullah). Sedang dua perkara yang justru tidak boleh tidak dari padanya, ialah memohon syurga dan berlindung pada Allah dari api neraka.
Barang siapa memberi minuman bagi orang yang berbuka puasa, maka Allah akan memberinya minuman dari telagaku, ia tidak akan haus lagi setelah itu selama-lamanya.

(Khutbah Rasulullah di depan para sahabat pada hari terakhir dari bulan sya’ban, diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Al-Baihaqi, dan Ibnu Hibban dari Salman Al-farisi, dari Nabi SAW)


BEBERAPA PERSIAPAN
MENYONGSONG HADIRNYA RAMADHAN

1. Mempersiapkan hati/menghadirkan hati
Hadirnya hati insya Allah dapat diwujudkan melalui sikap hati ridha dan meningkatkan kerinduan terhadap ramadhan, dan diwujudkan dalam bentuk pembersihan hati/kendali hati terhadap seluruh aktivitas/khusuk, sehingga menghasilkan keikhlasan. Hendaknya melakukan tindakan preventif dan pengobatan terhadap segala bentuk penyakit hati. Hendaknya meningkatkan taqarrub ilallah melalui iman, amal sholeh dan doa. Semua itu menjadi modal untuk berdakwah secara ikhlas.

2. Mempersiapkan fisik/jasat seprima mungkin
Disamping mempersiapkan hati agar senantiasa ridha dan ikhlas terhadap seluruh ketentuan Allah, khususnya yang berkaitan dengan puasa ramadhan, fisik atau jasad juga perlu dipersiapkan secara prima agar tetap tegar, tidak mudah letih (lesu), serta senantiasa sehat dalam melaksanakan perintah-perintahNya. Seluruh organ tubuh hendaknya dioptimalkan dalam rangka mencegah dan menghindari hal-hal yang dapat mengurangi apalagi membatalkan nilai-nilai puasa Ramadhan (mencegah diri dari perbuatan maksiat melalui organ-organ tubuh seperti melalui mata, telinga, lisan, tangan, kaki, dan lain-lain) serta dioptimalkan pula untuk meraih nilai-nilai puasa Ramadhan (memperbanyak tilawah dan taddabur Al-Qur’an, membaca doa dan istighfar, dan lain-lain). Rasulullah mencontohkan di bulan sya’ban beliau memperbanyak puasa sunnah dalam rangka mempersiapkan puasa di bulan Ramadhan.

3. Mempersiapkan/meningkatkan pemahaman melalui kajian/penambahan ilmu
Hendaknya disadari bahwa keabsahan dan nilai suatu amal ditentukan oleh niatnya (keikhlasan), sedangkan keikhlasan sangat ditentukan oleh kefahaman. Kefahaman sangat ditentukan oleh tambahan pengetahuan/ilmu. Pada gilirannya, peningkatan kepahaman akan membawa kepada peningkatan ilmu dan amal, sehingga akan melahirkan peningkatan prestasi. Allah SWT telah menjanjikan kelebihan bulan ramadhan dari bulan-bulan lainnya bagi yang melaksanakan ibadah puasa, antara lain; tidurnya ibadah, diamnya baca tasbih, ibadah sunnah nilainya sama dengan ibadah wajib, ibadah wajib nilainya dilipatkan 70 kali, ada malam lailatul qadar yang lebih baik dari 1000 bulan, serta keutamaan bulan Ramadhan yang tercermin dari sebutannya yaitu Syahrullah, syhrut-tarbiyah, syahrus-shobri, syahrud-da’wah, syahrul qur’an, syahrul mubarak, syahrul adhim, dan lain-lain. Bagi para siswa, Ramadhan adalah kesempatan yang sangat baik untuk menambah pengetahuan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pribadi.

4. Mempersiapkan program
Bagi kaum muslimin, terutama para siswa harus ada program yang harus dilakukan selama bulan Ramadhan. Sebagai contoh:
a. Tadarrus Al-Qur’an,
b. Shalat tarawih berjama’ah,
c. Berbuka bersama,
d. I’tikaf di Masjid,
e. Membagi zakat fitrah,
f. Shalat Idul Fithri dan sebagainya

5. Mensucikan diri melalui hablumminallah dan hablumminannas
Ingat tiga kategori dosa, yaitu:
a. Dosa syirik yang tidak terampuni kalau tidak tobat dan terbawa mati,
b. Dosa yang berhubungan dengan ibadah kepada Allah SWT secara langsung,
c. Dosa yang berkaitan dengan sesama manusia.
Ketiga kategori dosa tersebut memerlukan taubatan nashuha (tobat yang sebenar-benarnya) yang cirinya:
1) Tobatnya dilandasi dengan iman (ikhlas karena Allah SWT),
2) Menyesali, jera dan tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut,
3) Mengiringi dengan amal-amal sholeh,
4) Khusus untuk kategori dosa ketiga, harus diawali dengan permintaan maaf terhadap manusia yang bersangkutan.
Oleh karena itu bereskan semua hal di atas sebelum bulan Ramadhan, karena ramadhan adalah Syahrut-taubah. Di samping itu usahakan pula masuk bulan Ramadhan dalam keadaan mensucikan diri. Dalam hal ini semua amanah agar diselesaikan/ditunaikan, baik amanah yang terkait langsung dengan Allah SWT (misalnya seperti hutang shaum) maupun dengan sesama (misalnya pinjaman barang-barang, atau hutang, dan lain-lain)

6. Mempersiapkan sarana dan prasarana
Untuk mengkondisikan tercapainya upaya tersebut diatas, hendaknya dipenuhi semua sarana dan prasarana yang diperlukan, misalnya:
a. Dana yang halal
b. Al-Qur’an/buku-buku Islami
c. Pakaian, sajadah, mukena, peci, dan lain-lain


TUNTUNAN IBADAH PUASA RAMADHAN


PENGERTIAN PUASA

“Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat beberapa syarat.”
Firman Allah SWT,
dan Makan Minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar.” (QS. 2:187)


HUKUM PUASA RAMADHAN

Hukum mengerjakan puasa Ramadhan adalah wajib bagi tiap muslim, sebagaimana firman Allah SWT:



“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu.” (Al-Baqarah/2:183 – 184).
Dan Sabda Rasulullah SAW berikut:
“Islam itu didirikan atas lima asas yaitu: Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, mengerjakan haji dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)


KEUTAMAAN PUASA RAMADHAN

1. Diterima dari Abu hurairah bahwa Nabi SAW bersabda ketika telah datang bulan Ramadhan, “Sungguh telah datang padamu bulan yang penuh berkah, dimana Allah mewajibkan kamu berpuasa, di sana dibuka pintu-pintu syurga, ditutup pintu-pintu neraka dan di belenggu setan-setan, dan dimana dijumpai suatu amlam yang nilainya lebih berharga dari seribu bulan. Maka barang siapa yang tidak berhasil beroleh kebaikannya, sungguh tiadalah ia akan mendapatkan itu untuk selama-lamanya.” (HR. Ahmad, Nasa’I dan Baihaqi)

2. Diterima dari “Arfajah, padanya disampaikan hadis tentang Ramadhan oleh temannya yang berkata: saya dengar Rasulullah SAW bersabda mengenai Ramadhan, “Pada bulan itu ditutup pintu-pintu neraka, dibuka pintu-pintu syurga, dan dibelenggu setan-setan. “Ulasnya lagi, “Dan seorang malaikat akan berseru, ‘Hai pecinta kebaikan, bergembiralah !’ dan ‘Hai pecinta kejahatan, hentikanlah!’ sampai Ramadhan berakhir”. (HR. Ahmad dan Nasa’i)

3. Diterima dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: “Sholat yang lima waktu, Jum’at ke Jum’at, dan ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan kesalahan-kesalahan yang terdapat di antara masing-masing selama kesalahan besar dijauhi.” (HR. Ahmad dan Baihaqi).

4. Dan dari Abu Said Al-Kudri ra bahwa Nabi SAW bersabda: “Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengetahui batas-batasnya da ia menjaga diri dari segala apa yang patut dijaga, dihapuskanlah dosanya yang sebelumnya.” (HR. Ahmad dan Baihaqi).

5. Dan diterima dari Abu Hurairah katanya: telah bersabda rasulullah SAW, Siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan keridhoan Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR. Ahmad dan Ash-Habus Sunan).

6. Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW berkata, “Allah SWT berfirman (setiap amal anak Adam untuknya kecuali puasa adalah untukku dan Aku akan mengganjarnya). Puasa itu adalah perisai, maka bila seseorang diantaramu berpuasa jangan berkata jorok, bersuara kasar, dan berbuat jahil. Apabila ada yang mengumpatnya atau mengajak berkelahi maka hendaklah ia katakan, ‘Aku sedang berpuasa’, sebanyak dua kali. Demi yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah daripada aroma minyak misik pada hari kiamat. Orang yang berpuasa mempunyai dua kegembiraan, ketika berbuka puasa gembira dengan bukanya, dan ketika bertemu denagn RabbNya, gembira dengan (pahala) puasanya.” (HR. Ahmad, Muslim dan Nasa’i)

7. Dari Abdullah bin ‘Ars, rasulullah SAW bersabda, ‘Puasa dan Al-Quran akan memberikan syafa’at bagi seorang hamba pada hari kiamat. Berkata puasa (shiam), ‘Wahai rabb, aku telah menahannya dari minuman dana makanan serta syahwat pada siang hari, maka jadikanlah aku syafa’at untuknya. ‘Dan berkata Al-Quran, ‘Aku telah menahannya dari tidur pada malam hari, maka jadikanlah aku syafa’at untuknya,’Lalu keduanya dijadikan syafa’at untuknya.” (HR. Ahmad)

8. Dari Abu Said Al-Hudzri ra: Nabi SAW bersabda, Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah, kecuali akan Allah jauhkan wajahnya denagn hari itu dari api neraka sejauh tujuh puluh tahun. (HR. Jama’ah kecuali Abu Daud).

9. Dari Sahal bin sa’ad: Nabi SAW bersabda, “Syurga itu memiliki suatu pintu yang dijuluki Rayyan. Akan diserukan pada hari kiamat. ‘Dimanakah orang-orang berpuasa? ‘Apabila semua mereka telah memasukinya, ditutuplah pintu tersebut,” (HR. Bukhari Muslim).

10. Sabda nabi SAW, “Puasa adalah perisai dari neraka, seperti perisai salah seorang kamu dalam perang dari serangan musuh,” (HR. Ahmad)


SYARAT WAJIB PUASA RAMADHAN

Seseorang diwajibkan berpuasa di bulan ramadhan apabila telah memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Islam
2. Baligh (dewasa)
3. Sehat akal dan badan
4. Muqim (tidak sedang bepergian)
5. Kuat mengerjakan puasa
6. Tidak dalam keadaan haid atau nifas bagi wanita.

Bagi yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, diatur dengan ketentuan berikut:
1. Tidak wajib mengerjakan dan tidak wajib mengganti, yaitu yang belum masuk Islam, belum dewasa, atau gila. (HR. ahmad dan Hakim dari ‘Aisyah ra)

2. Haram berpuasa dan wajib mengqadha (mengganti puasa) di bulan lain, yaitu wanita haid atau nifas ketika tengah berpuasa ramadhan. (HR. Jama’ah dari Mu’adz).

3. Boleh berbuka puasa di siang Ramadhan dan wajib mengqadha, yaitu bagi yang sakit sehingga tidak kuat berpuasa atau yang bepergian (safar) sehingga memberatkan bila berpuasa. (QS. Al-Baqarah/2:184).

4. Boleh berbuka puasa tetapi sebagai gantinya wajib membayar fidyah berupa memberi makan fakir miskin tiap hari satu orang, denagn harga makanan yang biasa dimakan untuk satu hari, yaitu bagi yang tidak kuat sama sekali mengerjakan puasa seperti karena lanjut usia. (QS. Al-Baqarah/2:184).

5. Boleh berbuka puasa dan wajib mengqadha atau membayar fidyah, yaitu bagi wanita hamil atau menyusui anak. (QS. Al-Baqarah/2:184).


RUKUN (FARDHU) PUASA RAMADHAN

1. Berniat puasa di malam hari (HR. Ahli hadits yang lima).
2. Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa berupa makan, minum, dan bersetubuh dari semenjak fajar sampai terbenam matahri (Al-baqarah/2:187)

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA

1. Makan minum dengan sengaja, jika karena lupa maka tidak membatalkan puasa (Al-Baqarah/2;187; HR. Bukhari Muslim)
2. Muntah dengan sengaja, jika tidak disengaja maka tidak membatalkan puasa (HR Abu Daud, Tarmidzi, Ibnu Hasan)
3. Keluar darah haid atau nifas (HR. bukhari)
4. Mengeluarkan air mani karena aktivitas yang disengaja
5. Makan, minum, atau bersetubuh suami istri karena menyangka fajar belum terbit atau telah masuk waktu berbuka, dan ternyata fajar telah terbit atau belum waktu berbuka.
6. Memakan/menelan sesuatu yang bukan tergolong makanan melalui mulut dengan sengaja.
7. Memasukkan sesuatu melalui lubang tubuh selain mulut (hidung, telinga, qubul, dubur) dengan sengaja
8. Meninggalkan niat walaupun tidak makan dan minum meski tidak diartikan untuk berbuka
9. Murtad dari agama Islam, meskipun kemudian ia kembali
10. Bersetubuh suami istri pada siang hari dengan sengaja atas kemauan sendiri tanpa paksaan.

Hal-hal diatas membatalkan puasa dan mewajibkan mengqadha (mengganti puasa di bulan lain). Khusus untuk hal terakhir (nomor 10) bila dilakukan, maka puasanya batal, wajib mengqadha dan kaffarat sekaligus.

HAL-HAL YANG TIDAK MEMBATALKAN PUASA ATAU BOLEH DILAKUKAN SEWAKTU PUASA

1. Mandi keramas atau membasahi kepala dengan air (HR. Bukhari dan Muslim dari Aisyah ra).
2. Berkumur dan membersihkan lubang hidung denagn air asalkan tidak berlebihan
3. Bersiwak atau menyikat gigi asalkan tidak berlebihan
4. Menelan ludah
5. Muntah berkali-kali tanpa disengaja, asal jangan ada yang tertelan kembali setelah sampai diujung lidah
6. Makan dan minum karena lupa
7. Mengeluarkan air mani tanpa sengaja, misalnya karena mimpi
8. Keluar darah karena luka, mimisan
9. Tertelan hewan kecil, karena masuk ke dalam mulut tanpa sengaja
10. Berbekam, kerokan, dan sebagainya bila tidak dikhawatirkan melemahkan stamina
11. Menghisap debu jalan, asap pabrik atau asap-asap lainnya yang tidak mungkin menghindar darinya
12. Makan, minum, pada amlam hari hingga terbit fajar.

ADAB-ADAB YANG MENYEMPURNAKAN IBADAH PUASA RAMADHAN

1. Melaksanakan makan sahur
Rasulullah SAW bersabda, ‘Bersahurlah kamu, karena dalam sahur itu ada berkah’ (HR. Bukhari Muslim)

2. Menyegerakan berbuka puasa (ta’jil ifthor) bila tiba waktunya.
Rasulullah SAW bersabda, “Senantiasa orang dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa dan dianjurkan membaca do’a berbuka puasa” Allohumma laka sumtu wa’alaa rizkika afthortu, subhanaka wabihamdika, Allahumma taqabbal minna innaka antas-samii’ud du’a: Ya Allah, untukmu aku berpuasa dan dengan rizqi-Mu aku berbuka puasa. Maha Suci Engkau dan segala puji untuk-Mu. Ya Allah terimalah amalku, karena Engkaulah yang maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (HR. Daruquthni)

3. Memperbanyak tilawah Al-Qur’an disertai tadabbur (penghayatan) kandungannya.
Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang berkumpul di Masjid dan membaca Al-Qur’an serta mengkajinya, niscaya Allah akan turunkan kepada mereka ketenangan batin dan limpahan rahmat.” (HR. Muslim)

4. Memperbanyak shadaqah
Bersabda Nabi SAW, “Shodaqoh yang paling utama adalah shodaqoh pada bulan Ramadhan.” (HR. Tirmidzi)

5. Qiyam ramadhan (tarawih)
Yaitu shalat sunnat sebanyak sebelas rakaat atau dua puluh tiga rakaat (termasuk shalat witir) sendirian atau berjama’ah
Sabda Nabi SAW, “Barang siapa melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan, karena Iman dan mengharapkan pahala dari Allah niscaya akan diampuni dosanya.

6. I’tikaf, yaitu berdiam diri di Masjid dengan melakukan amalan ibadah terutama sekali pada malam tanggal 20 sampai akhir Ramadhan yang diisi dengan dzikir, do’a, baca Al-Qur’an, sholat, telaah kitab/buku, dan lain-lain.

7. Meningkatkan ibadah pada malam ganjil pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan.
Yaitu menghidupkan dan memakmurkannya dengan berbagai ibadah terutama pada amlam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan (HR. bukhari-Muslim dari Anas).

8. Meningkatkan ketaqwaan dengan menjauhkan/mengekang diri adri perbuatan dosa dan segala yang merusak nilai dan hikmah puasa.
Sabda Nabi SAW, “Banyak diantara orang yang berpuasa tapi hasilnya hanya lapar dan dahaga. “ (HR. Ibnu Huzaimah dari Abu Hurairah).
“Puasa itu menjadi perisai seseorang selama ia tidak merusaknya denagn dusta dan umpat.”(HR. At-Tabrani dari Abu Hurairah)


HIKMAH PUASA RAMADHAN

1. Meningkatkan keikhlasan, kesabaran, keistiqomahan, dan tawakkal (6:162 ; 98:5)
2. Meningkatkan kemampuan dalam menghadapi berbagai macam ujian dan dalam mengendalikan hawa nafsu (47:31 ; 89:27-30)
3. Mencegah diri dari perbuatan maksiat melalui organ-organ tubuh (mata, telinga, lisan, tangan, kaki) serta akan dan hati (17:36)
4. mengoptimalkan fungsi organ-organ tubuh serta akal dan hati dalam mengabdi kepada Allah SWT (51:17-18 ; 23:3)
5. Manifestasi iman, takwa, dan instropeksi diri (59:18 ; 3:133-135)
6. Perisai diri dari dosa dan godaan-godaan hidup (16:99)
7. Meningkatkan semangat untuk selalu beramal sholeh secara optimal (99:7-8)
8. Meningkatkan kedisiplinan dan kejujuran (4:69 ; 33:70-71)
9. Menanamkan ukhuwah Islamiyah dan solidaritas (49:10)
10. Meningkatkan semangat jihad fisabilillah (29:69)
11. Meningkatkan kecintaan dan prasangka baik kepada Allah SWT (2:165)
12. Menjaga dan meningkatkan kesehatan (ruhiyah, akliyah, dan jasadiyah), (92:168)
13. Meningkatkan derajat hidup, kesamaan hidup, dan menempatkan martabat manusia secara benar (49:13)
14. Meningkatkan keharmonisan dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah (5:35)
15. Meningkatkan semangat untuk memperoleh kesempatan meraih berkah, rahmat, maghfirah, serta hidayah dari Allah SWT (10:58 ; 66:8)

HAL-HAL YANG SANGAT PRINSIP UNTUK DIPAHAMI BAGI ORANG YANG BERPUASA

1. Memenuhi seruan Allah untuk berpuasa di bulan Ramadhan dengan ikhlas, ridha hanya karena Allah dan istiqomah dalam keikhlasan/ridho tersebut (98:5 ;6:162).

2. Diterima dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda, “Siapa yang berbuka pada satu hari dari bulan ramadhan tanpa keringanan yang diberikan Allah padanya, tiadalah akan dapat dibayar oleh puasa sepanjang masa walau dilakukannya.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)

3. Dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang tidak mau meninggalkan perkataan palsu dan perbuatan palsu, Allah tidak akan memperdulikan amal perbuatan ketika meninggalkan makan minumnya (puasa). (HR. Ahmad bin hambal, Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

4. Dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda, “Banyak orang yang berpuasa yang tidak dapat bagian (pahala) hanya lapar belaka dan banyak pula orang berjaga malam (untuk sholat dan dzikir) yang tidak mendapatkan bagian (pahala) dari berjaganya itu kecuali hanyalah (kelelahan) berjaga-jaga itu saja.” (HR. Ibnu Majah)

5. “Alangkah kecewanya orang yang ketika tiba malam bulan Ramadhan hingga habis pula Ramadhan tidak diberi ampunan.” (Al-Hadits)

6. Menyadari dan mengakui seluruh kemenangan yang diraih di jalan Allah, khususnya di bulan Ramadhan, adalah karena pertolongan, karunia, dan rahmat Allah. (24:21 ; 10:58).


PUASA SUNAT

Puasa yang disunatkan itu ada enam:
1. Puasa enam hari dalam bulan Syawal.
Dari Abu Ayyub. Rasulullah SAW telah bersabda, “Barang siapa yang puasa dalam bulan Ramadhan, kemudian ia puasa pula enam hari dalam bulan Syawal, adalah seperti puasa sepanjang masa.” (HR. Muslim)

2. Puasa hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), kecuali orang yang sedang mengerjakan ibadah haji, maka puasa ini tidak disunatkan atasnya.
Dari Abu Qatadah. Nabi SAW telah bersabda, “Puasa hari Arafah itu menghapuskan dosa dua tahun: Satu tahun yang telah lalu, dan satu tahun yang akan datang.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah. Ia berkata, “Rasulullah SAW telah melarang berpuasa pada hari arafah di Padang arafah.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

3. Puasa hari Asyura (tanggal 10 Muharram)
Dari Abu qatadah. Nabi SAW telah bersabda, “Puasa hari ‘Asyura itu menghapuskan dosa satu tahun yang telah lalu.” (HR. Muslim)

4. Puasa bulan Sya’ban
Kata Aisyah, “Saya tidak melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa satu bulan penuh selain dalam bulan Ramadhan, dan saya tidak melihat beliau dalam bulan-bulan yang lain berpuasa lebih banyakdaripada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Puasa hari Senin dan hari Kamis
Dari Aisyah, “Nabi SAW memilih waktu puasa hari Senin dan hari Kamis.” (HR. Tirmidzi).

6. Puasa tengah bulan (tanggal 13, 14, dan 15) dari tiap-tiap bulan Qamariah (tahun Hijriah).
Dari Abu Zarr. Rasulullah SAW telah berkata, “Hai Abu Zarr, apabila engkau hendak puasa hanya tiga hari dalam satu bulan, hendaklah engkau puasa tanggal tiga belas, empat belas, dan lima belas.” (HR. Ahmad dan Nasai)



RUJUKAN

1. Fiqih Sunnah (Sayyid Sabiq), 1982
2. Pedoman Hidup Muslim (Abu Bkr Jabir Al-Jazain), 1996
3. Hadits Qudsi (Ali Usman, dkk), 1980
4. Ihya Ulumuddin 2 (Al-ghazaly), 1977
5. Beberapa rujukan lain
Selengkapnya...

Kamis, 19 Agustus 2010

Hati-hati lho, Berbohong bisa menjadi kebiasaan

Oleh: Nadirah Magrabi, S.Pd
Bermula dari senang melebihkan cerita atau menyembunyikan fakta, lama-lama berbohong bisa jadi kebiasaan. Bagi sesosok anak yang kerap berbohong, andil orangtua dan lingkungan nyatanya besar juga. Meski kadang, mereka tak menyadarinya.
Suatu ketika dua anak asyik bercengkerama. Salah seorang di antaranya bercerita dengan penuh semangat: “Kemarin aku pergi sama Ayah ke Sea World, wah ikan di sana banyak deh.” Temannya segera menimpali dengan antusias yang setara dan tak mau kalah, Aku juga sudah pernah ke sana. Di sana memang ikannya banyaaak banget. Kamu tau nggak di sana juga ada putri duyung. Kamu liat nggak?”
Anak kedua yangmenimoali sepenuh hati ini nyatanya sama sekali belum pernah pergi ke Sea World. Ia hanya sering membaca tentang ikan laut dari buku. Ia lantas punya bayangan kalau di sana banyak ikan, di sana tentu ada putri duyung seperti yang ia baca dalam buku. Anak ini jelas telah berbohong dengan mengatakan pernah pergi ke tempat yang belum pernah dikunjunginya. Namun, dia merasa lancar saja merangkai info-info yang berkesesuaian dengan bayangannya soal apa itu Sea World dan keinginannya untuk bisa menyamai kisah temannya.
Sri Rahmawati, Psi, Psikolog Q Consulting mengatakan orangtua paerlu memiliki definisi yang jelas tentang bohong dan mampu membedakannya dengan fantasi. Mengetahui definisi ini penting untuk memahami fase berpikir anak. Karena pada salah satu tahapan perkembangan anak usia 4 hingga 6 tahun, memang ada tahapan yang namanya berpikir fantasi.
Dalam hal berbohong, anak tahu dan memahami bahwa apa yang dikatakan benar atau salah. Sebaliknya, untuk fantasi tidak. Dalam berfantasi, anak tidak mengetahui apakah perbuatannya itu benar atau salah. Maka, ketika anak kedua tadi mengatakan di Sea World ada putri duyung seperti yang ada di buku cerita, ini tentunya merupakan bagian dari khayalan anak-anak. Tapi, mengatakan ia pernah pergi ke Sea World padahal belum pernah jelas merupakan kebohongan.
Selain berpikir fantasi, cara berpikir anak usia 4-6 tahun pun masih sangat sederhana. Mereka bahkan seringkali mengkaitkan peristiwa yang terjadi di luar dirinya dengan dirinya. Misal, saat ditanya, “Kenapa langit berwarna biru?” Jawabannya polosnya bisa berbunyi, “Karena biru itu warna yang aku suka.”
Mengapa bohong ?
Penyebab anak berbohong banyak sekali. Pertama, untuk melindungi diri (self defense). Bohong untuk alasan ini adalah yang paling sering dilakukan anak-anak ataupun orang dewasa. Biasanya anak berbohong karena dia tahu kalau dia bicara yang sebenarnya nanti akan mendapatkan hukuman dari orangtua atau guru. Contohnya, supaya tidak mendapat hukuman guru, anak mengatakan buku Prnya ketinggalan, padahal ia belum mengerjakan PR.
Biasanya anak yang kerap berbohong demi untuk melindungi diri hidup di lingkungan yang juga kerap menerapkan hukuman yang keras. Jadi, untuk menghindari hukuman, anak menutupi fakta dengan kebohongan.
Kedua, berbohong untuk menolak mengakui (denial). Alasan ini sebenarnya hampir sama dengan self defense. Umumnya, dilakukan anak dengan menolak untuk mengakui kebenaran. Misalnya, anak menumpahkan tepung terigu dan mengotori meja dapur. Ketika ditanya siapa yang menjatuhkan, anak mengatakan tadi ada kucing lari yang menjatuhkan tempat terigu.
Ketiga, berbohong untuk harga diri (ego strength)-nya. Contohnya, untuk membanggakan keluarganya anak mengatakan,”Aku punya mobil lima.” Padahal, kenyataannya tidak seperti itu. Atau, seperti ilustrasi di atas, mengatakan sudah pernah pergi ke Sea World, padahal belum pernah.
Untuk bisa menelaah lebih dalam alasan bohong anak, orangtua perlu melihat faktor-faktor lainnya. Seperti usia, tahap perkembangan dan latar belakang perbuatan. Memahami faktor tersebut sangat penting untuk mengetahui langkah perbaikan dan pencegahannya.
Tahap perkembangan kognitif anak
Bohong pasti menimbulkan kerugian. Namun, sejauh mana nalar anak bisa menangkap sejauh mana kerugian yang timbul akibat berbohong? Pertanyaan ini lebih jelasnya bisa kita lihat dari teori perkembangan kognitif yang dirumuskan oleh salah seorang tokoh psikolog perkembangan anak yang sangat terkenal, Jean Piaget.
Fase pertama, anak berbohong karena mengakseleresasikan bohong dengan hukuman. Ia menghubungkan dalam pikirannya, bahwa kalau seseorang berbohong, pasti dapat hukuman. Maka, pada tahap ini, kalau misalnya ada seorang anak yang berbohong tapi tidak mendapat hukuman, bagi anak itu bohong akan menjadi sesuatu yang boleh. Fase ini seperti terikat apa yang dilakukan dengan respons yang diterima menganggapnya menjadi kaitan yang erat. Kalau ada A pasti ada B, begitu B-nya tidak ada, ia menggap berarti bohong itu boleh.
Fase kedua, anak sudah bisa mengaitkan bahwa bohong adalah perbuatan yang salah. Untuk tujuan apapun, bohong itu salah. Artinya, anak sudah mengasosiasikan perbuatan bohong itu salah. Pada tahapan kedua ini cara berpikir anak sudah bisa lebih kompleks.
Fase ketiga, biasanya menjelang usia 12 tahun. Pada fase ini anak sudah bisa memahami konsep yang lebih abstrak. Anak bisa mengaitkan bohong itu sebagai perbuatan yang tidak benar karena akan menimbulkan konflik, kerugian besar seperti merugikan orang lain, membuatnya tidak disukai teman, dan kehilangan kepercayaan dari teman-teman.
Menariknya, bila ditinjau dari proses perkembangan cara berpikir anak, diketahui bahwa tingkat kemampuan berbohong sebenarnya menunjukkan tingkat kecerdasan anak. Sebab, dengan berbohong, anak mampu menggunakan fakta yang ada untuk suatu hal yang berbeda dengan faktanya. Di sinilah pentingnya penanaman nilai dalam keluarga agar perilaku anak diarahkan sesuai dengan nilai agama.
Jadilah model kejujuran
Setiap orangtua tentulah ingin agar anaknya jujur. Tapi, tanpa sadar mereka justru sering mendorong anaknya untuk berbohong. Misalnya saat sedang tak ingin menerima tamu, sementar tiba-tiba datang tamu yang ingin menemui orangtua, maka untuk menghindari tamu itu, ibunya menyuruh anaknya berbohong. Bilangin ya, Ibu nggak ada.”
Penerapan model perilaku seperti itu tentu akan memberikan andil pada pada pembentukan kebiasaan bohong pada anak-anak. Anak akan berpikir, “Ibu kan ada, tapi aku diminta bilang nggak ada. Ibu bohong dong. Ibu saja bohong, jadi aku juga boleh bohong dong.”
Maka, model perilaku yang beanr dari orangtua menhadi sangat penting untuk membentuk kebiasaan berkata dan berperilaku jujur pada diri anak. Untuk menanamkan nilai kejujuran secara kuat di dalam keluarga, maka nilai ini harus terus-menerus diulang, baik dengan contoh teladan maupun melalui cerita-cerita hikmah dan terus disosialisasikan.
Begitupun, jangan langsung panik ketika anak ketahuan berbohong. Agar orangtua melakukan langkah berikut. Pertama, periksa terlebih dahulu apakah ucapannya itu fantasi atau bukan. Pada anak prasekolah, di saat cara berpikir mereka masih sangat sederhana seringkali ucapannya bukan bohong tapi fantasi. Namun, pada anak usia SD, dimana fantasi sudah mulai berkurang dan cara berpikirnya sudah lebih abstrak, maka kita perlu waspada. Apakah perbuatan atau perkataannya itu dilakukan untuk mengecoh orang lain atau untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Bila ada tujuan itu, maka perbuatan itu termasuk kategori berbohong dan harus diluruskan.
Kedua, berikan konsekuensi. Konsekuensi itu sangat penting agar anak tidak mengulang perbuatannya. Orangtua harus tegas, kadang-kadang seringkali kebohongan kecil yang dilakukan anak tidak segera diluruskan orang tua, akhirnya jadi kebiasaan, bila anak pulang sekolah membawa tempat pensil dan mengatakan bahwa itu adalah pemberian temannya, jangan langsung percaya? Segera cek, apakah benar pemerian teman ataukah milik temannya yang diambil? Bila dibiarkan, bisa jadi kebiasaan.
Sebenarnya konsekuensi dalam psikologi ini jadi tahap terakhir setelah model, pembiasaan, diskusi, baru ada hukuma. Kalau langsung hukuman, biasanya internalisasi bahwa bohong itu salah bukan sesuatu yang melekat.
Mengetahui alasan anak berbohong juga akan membantu orangtua dalam memberikan konsekuensi yang pas. Bila anak berbohong untuk melindungi temannya, maka kita perlu bersyukur bahwa di satu sisi, anak memiliki solidaritas yang baik. Namun, orangtua perlu menjelaskan agar anak tidak menganggap tindakan bohongnya dibenarkan dan boleh diteruskan. Jangan sampai karena takut mendapatkan hukuman, anak justru membuat kebohongan lain di balik kebohongannya. Kuncinya di sini adalah komunikasi antara orangtua dan anak harus berjalan baik tanpa sumbatan.
Tetapi yang paling penting, tanamkan selalu nilai kejujuran pada keluarga. Dan untuk itu, tak ada cara terbaik kecuali kita memulai dari selalu berkata dan berperilaku jujur pada diri sendiri.
Selengkapnya...

KREATIFITAS, DIMANAKAH KAU BERADA !!!?

Oleh : Nadirah Magrabi,S.Pd
Kalau tiada noda, ya….nggak belajar!!! Itu adalah ungkapan yang mengakhiri tayangan iklan suatu produk sabun cuci, yang menceritakan tentang perilaku kreatif anak-anak dalam kegiatan bermain, bereksperimen dan mengeksplorasi lingkungannya di tengah keceriaan hari-harinya.
Apakah hal itu (perilaku kreatif) hanya milik anak-anak saja? Tentu, tidak!!! Kreativitas bukanlah monopoli orang-orang tertentu atau golongan usia tertentu. Sebab kita semua pada dasarnya terlahir kreatif. Lalu, di mana bisa kita dapatkan kreativitas kita?
1. Kreativitas di Otak Kita
Mari kita sisihkan beberapa menit untuk melihat lebih jauh pada kenyataan tentang orak yang sangat mendasar, yang membuat kita mampu mengetahui dan memahami berbagai informasi dengan baik.
Secara anatomi, otak mempunyai tiga bagian utama: otak bagian belakang, otak bagian tengah, dan otak bagian depan. Bagian yang terkait dengan langsung dengan pengolahan informasi adalah otak bagian depan, termasuk di dalamnya hemisfer serebal. Kita akan banyak membahas mengenai hemisfer kiri dan kanan. Hemisfer kiri adalah dimana kita berada saat ini. Ini adalah area yang memproses informasi yang sifatnya analitis, sequensial dan rasional. Hemisfer kanan mengambil informasi ini dan kemudian merangkumnya kembali dalam bahasanya sendiri serta membawanya pada suatu pencerahan, terdiri dari visual, spasial, intuitif dan visionary. Hemisfer kananlah yang membantu kita untuk mendapatkan inspirasi dan mengatakan, “Aha…., aku tahu !!, suatu lompatan kreatif. (Beberapa bukti terbaru menunjukkan bahwa kedua hemisfer memberikan kontribusi dalam memproses dan menghubungkan informasi-informasi yang sebelumnya terpisah).
Semua yang ada dalam otak manusia hanyalah seperempat besar otak gajah dan sepertujuh besar otak ikan paus. Itu gambaran korteks serebral yang memberikan kekayaan intelektual pada kita. Serebral korteks manusia – tempat memori, belajar dan pemikiran abstrak berada jauh lebih luas daripada yang dimiliki mamalia lain. Dari sudut pandang evolusioner, serebral korteks merupakan bagian terbaru dan terluas dalam otak manusia, mencapai 90% massanya. Pada kenyataannya, jika kita meratakan kerut-kerut dan membuka lipatan-lipatannya, luasnya bisa mencapai ukuran handuk mandi. Bahwa otak manusia terdiri atas 100 milyar sel saraf (neuron) dan 1.000 trilyun koneksi sirkuit dan 70% dari sirkuit ini berada pada serebral korteks. Koneksi belajar (sinapsis) adalah kunci kekuatan otak. Setiap ada informasi baru dari lingkungan maka terbentuklah koneksi. Oleh karena itu, semakin banyak jaringan yang terbentuk dalam otak, maka semakin cerdas orang itu. Potensi yang luar biasa bukan?!
2. Kreativitas dalam Aktivitas Kita
Kreativitas adalah tertawa riang. Kreativitas bagai es krim coklat yang lezat. Kreativitas identik dengan pelangi yang indah. Dengan demikian, secara alamiah, kreativitas terbangun dari sikap yang menyenangkan dan perilaku bermain-main. Seorang ilmuwan besar abad ini, Charles Skinmetz, akan melongokkan kepalanya ke dalam sebuah ruangan kecil tempat para insinyur dan fisikawan yang bekerja keras dalam suatu proyek di laboratorium penelitian dan bertanya: “Apakah Anda semua menikmati dan merasa senang? Sebab tanpa kesenangan, tidak akan ada pemecahan masalah.” Dan ternyata seorang Thomas Edison juga menyatakan bahwa “Saya tidak pernah bekerja, sehari pun, dalam hidup saya. Semuanya adalah keasyikan..” Hingga ia mampu menyumbangkan produk kreativitasnya yang telah dirasakan manfaatnya oleh hampir seluruh penduduk bumi hingga saat ini.
Kreativitas bukanlah kemampuan yang luar biasa dan sulit dijangkau. Karena kreativitas ada dalam diri kita sejak lahir. Manusia adalah orang yang kreatif. Yakini itu dan Anda akan mendapatkannya. Kreativitas bersumber dari sikap positif seseorang untuk memunculkan sesuatu. Jadi, bukan orang yang selalu menyesali setiap keputusannya dan mengatakan, “Bagaimana aku bisa menghancurkan diriku? Sudah berapa banyak kesalahan yang aku lakukan?!!” Kreativitas bukanlah berpikir. Untuk mendapatkannya kita hanya perlu membangkitkan kembali jiwa kanak-kanak kita yang kreatif dan penuh petualangan. Tidak menghalangi diri melainkan membuka diri. Ini akan memungkinkan munculnya ide-ide cemerlang, tidak peduli seberapa sulit jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Dari sini dapat diketahui bahwa kreativitas adalah melawan kekhawatiran diri terhadap penilaian yang membuat kita menjadi tampak bodoh.
Ide kreatif seseorang seperti halnya bunga di rumah kaca. Mereka membutuhkan perhatian, kasih sayang dan perawatan. Saat ide kreatif muncul dan kita abaikan begitu saja pada setiap kehadirannya, lama-kelamaan akan hilang begitu saja.
3. Dari Mana Ide Terbaik Muncul?
Dorong setiap orang untuk mengeluarkan idenya, termasuk diri anda. Tidak seorangpun yang memonopoli kreativitas. Kreativitas tiap orang berbeda-beda bentuk maupun ukurannya, bisa ada pada orang yang dimuliakan maupun yang dihinakan.
Tom Fuller, seorang berkulit hitam yang buta huruf datang ke Amerika sebagai budak saat berusia 14 tahun, dapat memberikan angka pasti dari hitungan detik dalam konsep perde waktu yang tertentu. Ketika seorang tua merasakan ulang tahun ke-70 dan bertanya pada Tom berapa detik lamanya waktu yang telah dia habiskan di dunia. Fuller berpikir sejenak dan memberikan jawaban dengan tepat dan lantang: 2.203.256.480 detik. Di Inggris, penasihat Raja Geroge IV memutuskan bahwa meskipun kaki kita memakai sepatu dengan model yang sama antara kaki kanan dan kaki kiri, tapi untuk mendapatkan kenyamanan pemakaian harus tetap diperhatikan bentuk dan ukuran spesifik dari masing-masing kaki. Inilah ide brilian yang mengawali suksesnya pabrik sepatunya hingga kini.
Hal yang perlu diingat, secara khusus jika kita tidak bertitel Ph.D., meswkipun kreativitas ditunjang oleh pendidikan frmal, kreativitas tidak tergantung pada tingkat pendidikan yang sudah dicapai individu. Ahli hukum Amerika terbesar: Abraham Lincoln, Stephen A. Douglas, Daniel Webster dan John Marshall tidak pernah mengikuti sekolah hukum. Begitu pula para tokoh di bidang ilmu pengetahuan seperti Charles Dickens, Sean O’Casey, Noel Cward, Mark Twain dan Thomas Alva Edison yang tidak mempunyai ijazah sekolah formal.
Jangan pernah berpikir bahwa kita tidak kreatif. Orang dengan titel apapun dapat melakukannya juga. Jika seseorang meyakininya, orang itu akan merasa nyaman dan percaya diri dalam melakukan kerja yang kreatif. Hal ini tidak berarti bahwa semua orang sama kreatifnya dengan yang lain atau bahwa semua orang mempunyai bakat kreatif yang sama. Masing-masing orang yang menggeluti satu bidang bisa berkreasi dengan bidang yang ditekuninya itu.
Untuk memperbaiki porsi dan kualitas kreativitas yang kita miliki adalah dengan terus melatih dan menggunakan pikiran. Serta mengawali dengan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan, misalnya ketika ingin meningkatkan kemampuan dalam berbahasa asing, perbendaharaan kata bisa di asah melalui aktifitas mengisi teka-teki silang.
Dengan demikian, tidak ada kecuali, siapapun bisa mendapatkannya. Semua orang lahir sebagai orang yang kreatif. Dalam perjalanannya, kita sendirilah yang membungkus kreativitas kita, membiarkannya mati dengan menghentikan kepekaan terhadap kerianggembiraan, keinginan melakukan percobaan-percobaan serta keahlian menemukan hal-hal baru yang menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hati. Jadi, segera lepaskan bungkus yang menutupi dan mematikan kreativitas kita.
Selengkapnya...

Nalar Keilmuan

Menstimulasi Nalar Alam Sadar dan Bawah Sadar, perlukah?
Oleh : Zulkarnain, S.Pd.I

’’kami mohon do ‘a restu bapak dan ibu guru semoga pada masa mendatang kami dapat menjalankan tugas kami dengan lebih baik”.

Harap tersebut lahir dari salah seorang siswi kelas IV secara kolektifit kolegial diungkapkan tepat saat perpisahan dan kenaikan kelas disekolah kami pada 12 Juni 2010 waktu lalu di Pondok Diponegoro Klungkung. Sempat terdiam sejenak kemudian melanjutkan kata-kata perpisahannya didepan Bapak-ibu jajaran Kemenag Kabupaten Klungkung, Pengurus Yayasan, wali murid dan dewan guru MII Klungkung.
Saya terharu menyaksikannya, betapa tidak usia 11 tahun dengan sadar sepertinya sudah memetakan dirinya pada tugas-tugas masa depan. Tugas- tugas masa depan sebagaiman a ungkapnya, mungkin diartikannya sebagai jenjang lanjut pendidikannya. Tapi saya memiliki tafsir lain dari raut wajah dan semangatnya, tugas-tugas masa depan sebagaimana ungkapnya menggiring bayangan kita pada satu tantangan besar yangakan dihadapinya kelak. Tantangan masa depan yang sudah jelas sangat jauh berbeda quantum kuantitas, kualitas dengan kita hari ini. Bahkan mungkin lebih berat dari apa yang dihadapi oleh ibu bapak gurunya.
Tersadar akan bayangan tersebut, serta merta kemudian satu pertanyaan besar bermunculan dalam benak saya, apa warisan terbaik yang harus dimilikinya agar semangat faight dan survive mampu anak-anak kita pertahankan menjelang pertukaran lintas waktunya? Jika jawabannya adalah ahlaq yang baik yang berlandaskan kepada Alqur’an dan Hadist, mari kita urai untuk dinarasikan agar mudah diterima anak-anak kita.
Meng-urai dan me-narasikan, dua kata tersebut erat kaitannya dengan media, hemat saya. Membentuk sebuah media ajar agar mudah diserap dan diterima adalah pintu pertama untuk mulai me receive tradisi keilmuan yang telah lama diwariskan untuk diajarkan kepada generasi yang akan datang. Karena jika anak-anak sulit menerimanya, bagaimana bisa anak-anak kita faham nalar otak dan teksnya? Selanjutnya berserakanlah serpihan-serpihan ilmu yang tidak sampai kepadanya. Satu pesan yang tidak diterima dengan baik.
Pada konsepnya manusia bertindak dengan dua alam utama, alam sadar dan alam bawah sadar. Alam sadar terdefinisi sebagai satu aktifitas yang berlandaskan kepada fungsi otak, think, observive, search-research, sementara Alam bawah sadar kebalikan dari definisi Alam sadar, satu proses yang teorinya jelas tidak perlu fungsi otak, trust-believe, menyayangi-mengasihi karena muaranya adalah qalbu. Pertanyaan utama adalah kita dominan dimana dalam menstimulasi anak dengan dua alam yang dimilikinya? Karena bukankah ilmu yang diajarkannya sarat dengan muatan logika dan nurani? Sungguh satu pemandangan yang jelas mensulitkan kita jika, lagi sekali tidak pandai meng urai nya.
Lalu apa media yang tepat untuk sampai kepada kata mewarisi kepada anak-anak kita itu?
Dalam tradisi keilmuan Islam ada 3 sumber pengetahuannya : Irfani, Bayani dan Burhani.
1. Irfani, satu jalan keilmuan yang diperoleh dari turunan ajaran Alquran dan Alhadist.
Simpul-simpul Irfani biasanya sebagai satu jalan untuk holding, mempertahankan wahyu dengan pendekatan iman saja, tanpa proses logika. Jadi apapun yang terdapat dalam teks wahyu tidak bisa digugat dengan ilmu apapun
2. Bayani, media keilmuan yang didapat dari hasil aktifitas spiritual. Perenungan, muhasabah, Dzikir, wirid, pelatihan ESQ. Pendekatannya kurang lebih mengedepankan pengalaman-pengalamn empirik melalui aktifitas ritual diatas. Media inipun juga menggunakan hati (insting) sebagai primary prosesnya. Kemudian yang ketiga adalah
3. Burhani, satu jalan keilmuan yang utuh melibatkan kerja otak sebagaimana fungsinya. Proses keilmuan didapat dari kerja utama fungsi otak, berfikir, menimbang, bertanya, search & research, thesa-hypothesa. Lebih singkat jika 4 dikali 4 jelas hasilnya 16 adalah fungsi otak untuk mengurainya. Karena jika dijawab dengan Irfani dan bayani mungkin tidak mudah untuk menemukannya.
Tiga media tersebut kita mulai untuk menimbangnya, ada diposisi mana kita. Karena jika mendapati kita pada dominan salah satunya akan mempengaruhi output terhadap anak-anak kita. Tapi jika saya diberi ruang untuk menjawab, saya memulainya dengan mengatakan ‘’sebenarnya tiga media tersebut tidak perlu dipisah, jika melulu menggunakan irfani dan bayani saya khawatir jika anak didik kita kuat hatinya, tapi tidak terlatih otaknya. Atau jika Burhani saja, kuat logikanya tapi rapuh hatinya.”. sementara tajuk diatas diarahkan pada kegelisahan pada anak-anak kita, mampu fight & servive dimasa-masa yang akan datang.
Kesimpulan terakhir jelas ditangan ibu dan bapak guru, karena lebih menguasai medan ajar kondisi dan situasinya.
Bersiap diri sedini mungkin mempersiapkan untuk mengisi anak-anak kita itu dengan nutrisi yang baik, karena bukankah Tuhan telah berfirman :
“dan kamu sekalian manusia tiada mengetahui apa yang akan terjadi besok pagi”,
satu tantangan yang menarik. ?!!! Wallahu ‘Alam

Selengkapnya...

Kebenaran Diri dan Orang Tua

Seorang anak bermain pisau kecil. Bapaknya sudah melarang untuk tidak bermain dengan pisau, karena berbahaya, dapat melukai dirinya sendiri. Berulangkali bapaknya memperingatkan, tetapi anaknya tetap asyik bermain pisau. Dan… pada akhirnya anak tergores pisau, mengeluarkan darah cukup banyak. Dengan menahan marah, bapak memberi pengertian kepada anak, bahwa apa yang diucapkan orangtua selalu benar, dan akan menjadi kenyataan. Dengan kata lain anak harus mematuhi setiap perintah (anjuran/larangan) orangtua. Benarkah?
Melihat peristiwa tersebut, saya berpikir terbalik. Tidak sedikit orangtua yang memaksakan sebuah KEBENARAN yang sudah diyakini orangtua kepada anak. Padahal anak belum mengetahui arti dan maksud kebenaran, karena dalam diri anak belum ada pengetahuan baik dan buruk, apalagi akibat yang akan ditimbulkan.
Salah satu yang tidak saya suka adalah pengakuan dari orangtua bahwa kebenaran versi orangtua bersifat mutlak, anak harus patuh. Cara seperti ini sama saja mengajak anak untuk senantiasa taat pada setiap KEBENARAN menurut versi orangtua, padahal anak belum mempunyai pengalaman sampai hal seperti itu. Pada akhirnya akan membentuk jiwa yang kaku pada satu pendapat, tanpa ada pembandingnya. Kreatifitas anak dalam mengeksplorasi lingkungan sekitarnya akan terbelenggu, karena harus taat dan patuh pada KEBENARAN dari orangtuanya. Padahal anak belum mampu berpikir abstrak.
Melihat anak sendiri bermain benda-benda yang berbahaya terkadang saya juga takut, jika anak sampai terluka parah. Akan tetapi kalau melarang begitu saja, anak tidak punya pengalaman dengan sesuatu yang berbahaya. Maka walaupun kuatir, saya akan tetap membiarkan anak bermain sesuatu yang berbahaya. Sambil bermain saya jelaskan tingkat bahayanya hal tersebut. Malah kadang-kadang saya berharap anak saya terluka (tapi tidak parah), sehingga mempunyai pengalaman langsung. Kita sebagai orangtua tinggal memberikan pengertian tentang peristiwa tersebut, insya Allah anak dapat memahaminya, karena sudah merasakan langsung, dan tentunya harapan kita semua hari esok anak-anak kita akan lebih berhati-hati.
JANGAN PAKSAKAN SEBUAH KEBENARAN KEPADA ANAK KECIL, KARENA ANAK BELUM MAMPU BERPIKIR ABSTRAK DAN ANAK BELUM MENGERTI HAKIKAT DARI ARTI SEBUAH KEBENARAN.
Selengkapnya...