Oleh : Nadirah Magrabi,S.Pd
Kalau tiada noda, ya….nggak belajar!!! Itu adalah ungkapan yang mengakhiri tayangan iklan suatu produk sabun cuci, yang menceritakan tentang perilaku kreatif anak-anak dalam kegiatan bermain, bereksperimen dan mengeksplorasi lingkungannya di tengah keceriaan hari-harinya.
Apakah hal itu (perilaku kreatif) hanya milik anak-anak saja? Tentu, tidak!!! Kreativitas bukanlah monopoli orang-orang tertentu atau golongan usia tertentu. Sebab kita semua pada dasarnya terlahir kreatif. Lalu, di mana bisa kita dapatkan kreativitas kita?
1. Kreativitas di Otak Kita
Mari kita sisihkan beberapa menit untuk melihat lebih jauh pada kenyataan tentang orak yang sangat mendasar, yang membuat kita mampu mengetahui dan memahami berbagai informasi dengan baik.
Secara anatomi, otak mempunyai tiga bagian utama: otak bagian belakang, otak bagian tengah, dan otak bagian depan. Bagian yang terkait dengan langsung dengan pengolahan informasi adalah otak bagian depan, termasuk di dalamnya hemisfer serebal. Kita akan banyak membahas mengenai hemisfer kiri dan kanan. Hemisfer kiri adalah dimana kita berada saat ini. Ini adalah area yang memproses informasi yang sifatnya analitis, sequensial dan rasional. Hemisfer kanan mengambil informasi ini dan kemudian merangkumnya kembali dalam bahasanya sendiri serta membawanya pada suatu pencerahan, terdiri dari visual, spasial, intuitif dan visionary. Hemisfer kananlah yang membantu kita untuk mendapatkan inspirasi dan mengatakan, “Aha…., aku tahu !!, suatu lompatan kreatif. (Beberapa bukti terbaru menunjukkan bahwa kedua hemisfer memberikan kontribusi dalam memproses dan menghubungkan informasi-informasi yang sebelumnya terpisah).
Semua yang ada dalam otak manusia hanyalah seperempat besar otak gajah dan sepertujuh besar otak ikan paus. Itu gambaran korteks serebral yang memberikan kekayaan intelektual pada kita. Serebral korteks manusia – tempat memori, belajar dan pemikiran abstrak berada jauh lebih luas daripada yang dimiliki mamalia lain. Dari sudut pandang evolusioner, serebral korteks merupakan bagian terbaru dan terluas dalam otak manusia, mencapai 90% massanya. Pada kenyataannya, jika kita meratakan kerut-kerut dan membuka lipatan-lipatannya, luasnya bisa mencapai ukuran handuk mandi. Bahwa otak manusia terdiri atas 100 milyar sel saraf (neuron) dan 1.000 trilyun koneksi sirkuit dan 70% dari sirkuit ini berada pada serebral korteks. Koneksi belajar (sinapsis) adalah kunci kekuatan otak. Setiap ada informasi baru dari lingkungan maka terbentuklah koneksi. Oleh karena itu, semakin banyak jaringan yang terbentuk dalam otak, maka semakin cerdas orang itu. Potensi yang luar biasa bukan?!
2. Kreativitas dalam Aktivitas Kita
Kreativitas adalah tertawa riang. Kreativitas bagai es krim coklat yang lezat. Kreativitas identik dengan pelangi yang indah. Dengan demikian, secara alamiah, kreativitas terbangun dari sikap yang menyenangkan dan perilaku bermain-main. Seorang ilmuwan besar abad ini, Charles Skinmetz, akan melongokkan kepalanya ke dalam sebuah ruangan kecil tempat para insinyur dan fisikawan yang bekerja keras dalam suatu proyek di laboratorium penelitian dan bertanya: “Apakah Anda semua menikmati dan merasa senang? Sebab tanpa kesenangan, tidak akan ada pemecahan masalah.” Dan ternyata seorang Thomas Edison juga menyatakan bahwa “Saya tidak pernah bekerja, sehari pun, dalam hidup saya. Semuanya adalah keasyikan..” Hingga ia mampu menyumbangkan produk kreativitasnya yang telah dirasakan manfaatnya oleh hampir seluruh penduduk bumi hingga saat ini.
Kreativitas bukanlah kemampuan yang luar biasa dan sulit dijangkau. Karena kreativitas ada dalam diri kita sejak lahir. Manusia adalah orang yang kreatif. Yakini itu dan Anda akan mendapatkannya. Kreativitas bersumber dari sikap positif seseorang untuk memunculkan sesuatu. Jadi, bukan orang yang selalu menyesali setiap keputusannya dan mengatakan, “Bagaimana aku bisa menghancurkan diriku? Sudah berapa banyak kesalahan yang aku lakukan?!!” Kreativitas bukanlah berpikir. Untuk mendapatkannya kita hanya perlu membangkitkan kembali jiwa kanak-kanak kita yang kreatif dan penuh petualangan. Tidak menghalangi diri melainkan membuka diri. Ini akan memungkinkan munculnya ide-ide cemerlang, tidak peduli seberapa sulit jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Dari sini dapat diketahui bahwa kreativitas adalah melawan kekhawatiran diri terhadap penilaian yang membuat kita menjadi tampak bodoh.
Ide kreatif seseorang seperti halnya bunga di rumah kaca. Mereka membutuhkan perhatian, kasih sayang dan perawatan. Saat ide kreatif muncul dan kita abaikan begitu saja pada setiap kehadirannya, lama-kelamaan akan hilang begitu saja.
3. Dari Mana Ide Terbaik Muncul?
Dorong setiap orang untuk mengeluarkan idenya, termasuk diri anda. Tidak seorangpun yang memonopoli kreativitas. Kreativitas tiap orang berbeda-beda bentuk maupun ukurannya, bisa ada pada orang yang dimuliakan maupun yang dihinakan.
Tom Fuller, seorang berkulit hitam yang buta huruf datang ke Amerika sebagai budak saat berusia 14 tahun, dapat memberikan angka pasti dari hitungan detik dalam konsep perde waktu yang tertentu. Ketika seorang tua merasakan ulang tahun ke-70 dan bertanya pada Tom berapa detik lamanya waktu yang telah dia habiskan di dunia. Fuller berpikir sejenak dan memberikan jawaban dengan tepat dan lantang: 2.203.256.480 detik. Di Inggris, penasihat Raja Geroge IV memutuskan bahwa meskipun kaki kita memakai sepatu dengan model yang sama antara kaki kanan dan kaki kiri, tapi untuk mendapatkan kenyamanan pemakaian harus tetap diperhatikan bentuk dan ukuran spesifik dari masing-masing kaki. Inilah ide brilian yang mengawali suksesnya pabrik sepatunya hingga kini.
Hal yang perlu diingat, secara khusus jika kita tidak bertitel Ph.D., meswkipun kreativitas ditunjang oleh pendidikan frmal, kreativitas tidak tergantung pada tingkat pendidikan yang sudah dicapai individu. Ahli hukum Amerika terbesar: Abraham Lincoln, Stephen A. Douglas, Daniel Webster dan John Marshall tidak pernah mengikuti sekolah hukum. Begitu pula para tokoh di bidang ilmu pengetahuan seperti Charles Dickens, Sean O’Casey, Noel Cward, Mark Twain dan Thomas Alva Edison yang tidak mempunyai ijazah sekolah formal.
Jangan pernah berpikir bahwa kita tidak kreatif. Orang dengan titel apapun dapat melakukannya juga. Jika seseorang meyakininya, orang itu akan merasa nyaman dan percaya diri dalam melakukan kerja yang kreatif. Hal ini tidak berarti bahwa semua orang sama kreatifnya dengan yang lain atau bahwa semua orang mempunyai bakat kreatif yang sama. Masing-masing orang yang menggeluti satu bidang bisa berkreasi dengan bidang yang ditekuninya itu.
Untuk memperbaiki porsi dan kualitas kreativitas yang kita miliki adalah dengan terus melatih dan menggunakan pikiran. Serta mengawali dengan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan, misalnya ketika ingin meningkatkan kemampuan dalam berbahasa asing, perbendaharaan kata bisa di asah melalui aktifitas mengisi teka-teki silang.
Dengan demikian, tidak ada kecuali, siapapun bisa mendapatkannya. Semua orang lahir sebagai orang yang kreatif. Dalam perjalanannya, kita sendirilah yang membungkus kreativitas kita, membiarkannya mati dengan menghentikan kepekaan terhadap kerianggembiraan, keinginan melakukan percobaan-percobaan serta keahlian menemukan hal-hal baru yang menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hati. Jadi, segera lepaskan bungkus yang menutupi dan mematikan kreativitas kita.
Kamis, 19 Agustus 2010
KREATIFITAS, DIMANAKAH KAU BERADA !!!?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar