Kamis, 19 Agustus 2010

Kebenaran Diri dan Orang Tua

Seorang anak bermain pisau kecil. Bapaknya sudah melarang untuk tidak bermain dengan pisau, karena berbahaya, dapat melukai dirinya sendiri. Berulangkali bapaknya memperingatkan, tetapi anaknya tetap asyik bermain pisau. Dan… pada akhirnya anak tergores pisau, mengeluarkan darah cukup banyak. Dengan menahan marah, bapak memberi pengertian kepada anak, bahwa apa yang diucapkan orangtua selalu benar, dan akan menjadi kenyataan. Dengan kata lain anak harus mematuhi setiap perintah (anjuran/larangan) orangtua. Benarkah?
Melihat peristiwa tersebut, saya berpikir terbalik. Tidak sedikit orangtua yang memaksakan sebuah KEBENARAN yang sudah diyakini orangtua kepada anak. Padahal anak belum mengetahui arti dan maksud kebenaran, karena dalam diri anak belum ada pengetahuan baik dan buruk, apalagi akibat yang akan ditimbulkan.
Salah satu yang tidak saya suka adalah pengakuan dari orangtua bahwa kebenaran versi orangtua bersifat mutlak, anak harus patuh. Cara seperti ini sama saja mengajak anak untuk senantiasa taat pada setiap KEBENARAN menurut versi orangtua, padahal anak belum mempunyai pengalaman sampai hal seperti itu. Pada akhirnya akan membentuk jiwa yang kaku pada satu pendapat, tanpa ada pembandingnya. Kreatifitas anak dalam mengeksplorasi lingkungan sekitarnya akan terbelenggu, karena harus taat dan patuh pada KEBENARAN dari orangtuanya. Padahal anak belum mampu berpikir abstrak.
Melihat anak sendiri bermain benda-benda yang berbahaya terkadang saya juga takut, jika anak sampai terluka parah. Akan tetapi kalau melarang begitu saja, anak tidak punya pengalaman dengan sesuatu yang berbahaya. Maka walaupun kuatir, saya akan tetap membiarkan anak bermain sesuatu yang berbahaya. Sambil bermain saya jelaskan tingkat bahayanya hal tersebut. Malah kadang-kadang saya berharap anak saya terluka (tapi tidak parah), sehingga mempunyai pengalaman langsung. Kita sebagai orangtua tinggal memberikan pengertian tentang peristiwa tersebut, insya Allah anak dapat memahaminya, karena sudah merasakan langsung, dan tentunya harapan kita semua hari esok anak-anak kita akan lebih berhati-hati.
JANGAN PAKSAKAN SEBUAH KEBENARAN KEPADA ANAK KECIL, KARENA ANAK BELUM MAMPU BERPIKIR ABSTRAK DAN ANAK BELUM MENGERTI HAKIKAT DARI ARTI SEBUAH KEBENARAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar